Sabtu, 20 Desember 2014

Kurikulum




Isu Metodologi Evaluasi

            Sebuah pandangan ditandai dengan adanya diskusi mengeni evaluasi dan tujuan apa yang harus dimasukkan. Bagian dari alasan keragaman pendapat adalah bahwa orang sering membawa proses tujuan evaluasi yang berbeda yaitu, mereka ingin mempekerjakan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. misalnya, lebih dari seberapa banyak kontrol yang diperlukan dalam evaluasi  dan mereka memperdebatkan definisi evaluasi dengan ketepatan berbagai teknik sampling. Evaluator bahkan mungkin merupakan kontes apa masalah yang dihadapi. Mengingat ini, kami menyajikan isu-isu berikut ini mewakili bidang evolusi. Alam dan dari tujuan Fokus umum evaluasi adalah untuk menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai. Dalam konteks ini, evaluator harus terlebih dahulu membuat rumusan apa yang mereka kaitkan dengan objektif. Mungkin selama lima belas tahun terakhir, salah satu masalah dalam kurikulum yang telah menerima banyak perhatian telah nilai dan sesuai dari untuk tujuan. Bagian dari alasan untuk kepentingan lanjutan tersebut dalam tujuan yang filosofis. Behavioris percaya bahwa tujuan harus menentukan perilaku yang tepat bahwa pelajar akan ditampilkan sebagai konsekuensi dari mengalami kurikulum di ekstrim yang lain adalah individu yang menyatakan bahwa kurikulum harus memiliki membungkuk humanistik dan karena itu, bahwa tujuan harus 'berkembang' dari pengalaman individu. Setiap siswa memiliki tanggung jawab membentuk tujuan sendiri.
Meskipun perilaku tertentu dapat menentukan bahwa tujuan telah tercapai, perilaku dapat menunjukkan mengkonversi serta tindakan nyata. Beberapa pakar kurikulum telah mencatat bahwa tujuan harus benar-benar menunjukkan realisasi. Pendidik ini mempertahankan bahwa saat membuat tujuan, evaluator juga harus mempertimbangkan mengapa mereka ingin siswa untuk melakukan tindakan ini. Memiliki satu milyar mahasiswa dalam delapan menit menunjukkan perilaku (run). Situasi (mil). Dan bahkan kriteria kinerja (delapan menit).
Sebagian dari masalah penentuan apa tujuan yang harus atau dan bagaimana mereka menulis adalah bahwa kelompok-kelompok tidak selalu mempertimbangkan banyak tujuan  Tujuan juga dapat terdaftar pada beberapa tingkatan. Tujuan kurikulum, misalnya bisa untuk seluruh kurikulum atau hanya kelas atau subjek tingkat. Juga mereka bisa lebih spesifik dirancang untuk memandu pemilihan isi tertentu dan pengalaman instruksional pada rencana tingkat unit atau pelajaran.
Sangat mungkin bahwa diskusi akan terus memusatkan pada tujuan. Tetapi hanya sedikit orang akan menerima bahwa tujuan, tetapi hanya sedikit orang akan menerima bahwa tujuan tidak boleh digunakan sama sekali. Kebanyakan menganggap mereka untuk menjadi panduan berharga bagi perencana kurikulum dan evaluator. Bagaimana spesifik seseorang dalam membentuk tujuan dipengaruhi oleh atau orientasi kurikulum dan pandangan filosofis. Tujuan namun terbentuk, memberikan evaluator 'melihat' hanya di mana mereka pikir akannmembantu mereka menyadari ketika mereka memiliki sesuatu.

Pengukuran persyaratan keluar siswa
.           Evaluator perlu mengukur seberapa mahasiswa dapat tampil di penutup program. Tetapi beberapa evaluator membedakan antara evaluasi program dan evaluasi siswa. Evaluasi program berpusat pada hasil pembelajaran dalam program ini dan menentukan apakah hasil tersebut merupakan hasil kelompok siswa mengalami program. Dorongan dari evaluasi tersebut adalah pada program. Ini menilai kelayakan program dan tahan mereka yang menyampaikan hal itu akuntabel.
Evaluasi siswa sebaliknya melibatkan pengumpulan data tentang kinerja siswa untuk memutuskan apakah mereka memenuhi syarat untuk menyelesaikan kursus atau, dalam hal ini, untuk kelulusan. Beban tanggung jawab bergeser ke siswa. Evaluator mengambil sikap ini, mereka benar-benar tidak punya alasan untuk mengubah program atau untuk mengadakan guru akuntabel. Siswa gagal, bukan program, yang evaluator memegang akuntabel, tentu saja, dapat menghasilkan banyak konflik, seringkali mencerminkan filosofis dan politis pandangan individu sekolah dan masyarakat.
Hasil yang diharapkan dibandingkan tujuan evaluasi Mauritz Johnson, yang menyatakan kurikulum bahwa serangkaian dimaksudkan belajar ,kemudian yang lain berpendapat bahwa evaluator harus peduli pada individu sejak awal hanya apa yang mereka inginkan program mereka capai dalam rangka untuk menentukan cangkul untuk mengevaluasinya. Tyler juga, pada kesempatan kepada pendidik bahwa mereka harus menentukan tujuan program dan untuk menunjukkan situasi di mana siswa akan diberi kesempatan untuk mencapai tujuan. Kebanyakan evaluator mendukung menggunakan tujuan untuk tujuan ini.
Hal ini tampaknya logis, terutama jika evaluasi dianggap tindakan perilaku terarah dimaksudkan untuk menentukan nilai dari kurikulum, atau apakah kurikulum diperbolehkan. Mahasiswa untuk mencapai negara tujuan. Tapi selama bertahun-tahun Scriven telah menganjurkan tujuan bebas pendekatan untuk evaluasi. Scriven berpendapat bahwa kadang-kadang orang ingin terlibat dalam evaluasi hanya untuk menguji pengaruh dari suatu inovasi pendidikan dan menilai kualitas efek yang dihasilkan. Dia menyebut tujuan evaluasi tersebut evaluasi gratis tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh sebenarnya dari program th dengan merekam dan menafsirkan apa yang terjadi selama dan sebagai hasil dari program.
Mengambil pendekatan ini, evaluator tidak membatasi  energi untuk tujuan yang dinyatakan dari program baru. Tapi bukannya mengumpulkan data yang untuk menilai dan mengevaluasi hasil apa pun mereka berada. Pendidik menggunakan berbagai langkah-langkah untuk melakukan hal ini. Dia menggunakan kedua ukuran kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari program dalam tindakan dan juga membaca apa yang telah terjadi kepada siswa dari setelah mengalami program. Evaluator mungkin fokus nya perhatian pada para guru dan masyarakat untuk melihat apa yang dihasilkan dari pelaksanaan kurikulum baru.
Hal ini juga mencatat bahwa evaluasi program berdasarkan tujuan program dapat menyesatkan. Tujuan sering lebih politis daripada pendidikan karakter. Mereka begitu jelas bahwa mereka tidak berguna. mereka menggambarkan kurikulum. Tujuan pendidikan mempekerjakan evaluasi gratis dan bersama dengan ukuran kuantitatif mereka, menggunakan teknik etnografi, mereka mungkin mendapatkan gambaran yang lebih akurat dari kedua dimaksudkan dan hasil yang tidak diharapkan dari bagaimana fungsi kurikulum. Masalahnya adalah banyak pendidik yang bukan tujuan bebas mereka dipaksa oleh pandangan yang kuat tentang sekolah dan masyarakat dan telah membuat pikiran mereka tentang sekolah dan dan kurikulum sebelum hasilnya yang tahu .
Norma direferensikan dan kriteria referensi pengukuran. Kebanyakan evaluasi jika kurikulum dalam pengujian prestasi volve. Banyak tes normrefernce, kadang-kadang disebut tes standar, telah creted untuk membedakan antara siswa. Walaupun pengujian diskriminasi tersebut adalah penting dalam situasi tertentu, pengujian diskriminasi antara kurikulum diperlukan baik.
Dua pendekatan dasar untuk pengujian mendominasi evaluasi kurikulum. Norm direferensikan meansurement adalah yang paling umum. Dalam pendekatan ini, kinerja siswa pada tes tertentu dibandingkan dengan kinerja siswa lain yang juga mengambil tes yang sama kelompok pagi.
Tes prestasi standar, mungkin yang paling baik tahu norma tes direferensikan, mengidentifikasi orang kemampuan yang berbeda-beda. Mereka tidak, misalnya, alamat tujuan atau isi dari kurikulum tertentu, melainkan mereka menghasilkan skor yang cukup global dalam perhitungan matematika alam. Mereka juga tidak dirancang untuk tertentu atau untuk siswa sasaran. Apa yang mereka yang mengukur dan apa mahasiswa tahu dalam kaitannya dengan siswa lain pada waktu tertentu. Selain itu, meskipun keterbatasan mereka, tes standar sering diberikan untuk menentukan keberhasilan kurikulum di tempat atau kurikulum baru.
Alternatif norma direferensikan tes adalah kriteria direferensikan tes. Kriteria direferensikan laporan pengujian bagaimana seorang siswa berdiri dengan memperhatikan beberapa kriteria tetap. Tes tersebut menunjukkan status pelajar sehubungan dengan tugas belajar yang dapat dinyatakan dalam beberapa tujuan pendidikan yang spesifik, seperti kemampuan untuk mengidentifikasi contoh-contoh tertentu konsep tertentu atau kemampuan untuk mengalikan dua digit angka. Dengan kriteria uji, mahasiswa diberikan skor yang menunjukkan baik penguasaan atau non penguasaan masing-masing tujuan. Mungkin ada total skor untuk tes, tetapi skor global tidak benar-benar menarik.
Kriteria direferensikan tes menunjukkan apakah siswa yang bisa dan tidak bisa dilakukan berkaitan dengan konten yang spesifik, keterampilan, dan sikap. Dalam mempengaruhi, mereka menunjukkan perubahan dalam belajar dari waktu ke waktu, dibandingkan dengan tes normatif yang mengukur belajar pada waktu tertentu. Siswa telah belajar atau tidak belajar untuk melakukan sesuatu, memahami atau tidak memahami sesuatu, atau menunjukkan kemajuan dalam memahami sesuatu, atau menunjukkan kemajuan dalam memahami sesuatu, atau menunjukkan kemajuan dalam memahami sesuatu sebagai hasil dari mengalami kurikulum.
Kriteria tes direferensikan fokus pada tugas-tugas tertentu dan kompetensi yang telah ditekankan dalam kurikulum tertentu. Karena tes ini kurikulum khusus, mereka memiliki nilai khusus untuk mereka yang ingin mengevaluasi kurikulum baru di distrik sekolah mereka. Evaluasi dapat menggunakan tes tersebut untuk mengumpulkan data yang akan memungkinkan pendidik untuk menentukan apa yang telah diajarkan dan th atas semua efektivitas kurikulum.
Selain menampilkan keberhasilan keseluruhan kurikulum, kriteria direferensikan tes juga dapat mengungkapkan apakah seorang siswa telah menguasai materi tertentu. Dengan demikian, test ini juga mengungkapkan apakah seorang siswa telah menguasai materi tertentu. Dengan demikian, tes ini dapat digunakan untuk evaluasi siswa serta evaluasi program. Pendidik dapat menggunakan hasil uji tersebut untuk menentukan apa yang spesifik 'obat' yang diperlukan untuk mahasiswa tertentu. Juga, hasil tes dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa siswa siap untuk melanjutkan ke tahap lain dalam kurikulum. Meskipun kriteria direferensikan uji memungkinkan pendidik untuk memperbaiki beberapa kekurangan dari norma direferensikan test, itu memang memiliki beberapa masalah atau kelemahan yang educator harus sadar. Salah satunya adalah bahwa mereka mengatasi tujuan pecific. Sejumlah grat dari tes tersebut hingga sepuluh atau lima belas adalah ini diperlukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari kurikulum. Kedua, tidak mudah untuk menentukan standars untuk kinerja yang dapat diterima yang kriteria item tes seharusnya
Pengukuran Acuan Norma dan Patokan
No
Pengukuran Acuan Norma
Pengukuran Acuan Patokan
1
Fungsi utama pengukuran norma adalah menempatkan posisi realtif siswa dalam  kelompok normatif
Fungsi utama pengukuran apakah siswa telah menguasai suatu kriteria spesifik atau standar  performa.
2
Hasil umum maupun konseptual dapat dikembalikan pada rumusan tujuan yang spesifik
Rumusan tujuan perilaku secara lengkap dapat dispesifikasi ketika mengkusntruk pengukuran acuan patokan
3
Kriteria ketuntasan belajar tidak dispesifikasikan
Kriteria ketuntasan belajar hendaknya dirumuskan sebelum pengukuran 
4
Tes item dikunstruk untuk membedakan siswa
Tes item dikonstruk untuk mengukur peringkat kecakapan yang ditetapkan.
5
Untuk memperoleh interprestasi yang bermakna, hendaknya dicermati varibelitas skor.
Tidak perlu diperhatikan variabelitas skor
6
Hasil test yang diinterpretasikan melalui PAN cerderung digunakan dalam sistem kenaikan kelas
Disarankan hasil tes digunakan pada sistem biner ( lulus dan Tidak Lulus ) dan dap juga digunakan untuk kenaikan kelas jika disertai dengan aturan-aturan

Peran
para pelaku  Evaluasi
1.      Evaluator = bisa saja dari anggota sekolah, fungsinya sebagai pengumpul data baik melalui observasi maupun penggunaan alat evaluasi lainnua.. Evaluator juga memberikan masukan-masukan bagi pembuat keputusan tentang evaluasi,  sehingga dapat diibaratkan sebagai mata dan telinga pembuat keputusan.
2.      Guru = guru cenderung tidak mengevaluasi kurikulum tetapi mengevaluasi pengajraan dlam pelaksan kurikulim, mekipun demikian guru harus dilibatkan.
3.      Komiti = berfungsi penasehat terhadap orang yang bertanggung jawab pada evaluasi program.
4.      Konsultan = biasanya orang luar yang fungsinya mengembangkan pendekan tertentudan mengkoordinasikanya dam usaha evaluasi.










Sabtu, 06 Desember 2014

Media Interaktif


Kolaboratif

Berbagai Metode Pembelajaran Kolaboratif

1.        Learning Tournament
Teknik ini merupakan suatu bentuk yang disederhanakan dari “Teams Games Tournaments”.Teknik ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawannya. Teknik ini juga menggabungkan satu kelompok belajar dan kompetisi tim, dan dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas.
Langkah-langkahnya:
a)         Bagilah peserta didik dalam tim yang terdiri dari 2-8 orang anggota. Masing-masing tim harus memiliki jmlah yang sama (kalau tidak dapat, anda harus membuat skor rata-rata untuk setiap tim)
b)         Berilah materi untuk dibahas bersama
c)         Kembangkan beberapa pertanyaan untuk menguji pemahaman dan/ mengingat materi pelajaran. Gunakan bentuk yang menggunakan skor mudah, seperti pilihan ganda, soal isian, betul/salah, atau istilah untuk didefenisikan
d)        Berikan serangkaian pertanyaan kepada peserta didik, sebagai “babak pertama” untuk turnamen belajar. Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan secara pribadi
e)         Setelah pertanyaan-pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah peserta didik menghitung pertanyaan yang mereka jawab secara benar. Kemudian suruhlah mereka menyatakan skor mereka kepada anggota lain dalam tim tersebut untuk mendapat skor tim. Umumkan skor masing-masing tim
f)          Mintalaha tim mempelajari lagi turnamen pada babak kedua. Kemudian mintalah tes pertanyaan yang lebih banyak sebagai bagian “babak kedua”. Mintalah sekali lagi tim menyatakan skornya dan tambahan satu skor kepada gilirannya
g)         Anda dapat melakukan beberapa ronde seperti yang anda sukai. Akan tetapi, pastikan membolehkan tim memiliki sesi untuk belajar antara ronde (lama turnamen belajar dapat bervariasi, mungkin 20 menit atau beberapa jam)
Variasi :
a)         Beri hukuman kepada peserta didik yang menjawab salah dengan memberi skor nilai 2 atau 3. Kalau mereka tidak yakin akan jawaban, jawaban kosong dihitunh nol
b)         Buat penampilan seri kecakapan sebagai basis untuk turnamen
2.        Think Pair Share
Langkah-langkah :
a)         Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b)         Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
c)         Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d)        Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e)         Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
f)          Guru memberi kesimpulan
g)         Penutup
 3.        Assessment Search
Merupakan suatu carayang menarik untuk memberi tugas materi pelajaran anda secara cepat dan pada saat bersamaan, melibatkan peserta didik sejak awal untuk mengetahui masing-masing siswa dan kemampuan belajar dengan kerja sama.
Langkah-langkahnya:
a)         Bagi 3 atau 4 pertanyaan untuk memahami siswa anda. Anda boleh memasukkan pertanyaan dibawah ini:
  • Pengetahuan mereka terhadap mata pelajaran
  • Sikap mereka terhadap mata pelajaran
  • Pengalaman mereka yang berhubungan dengan mata pelajaran
  • Latar belakang mereka
  • Keinginan atau harapan mereka terhadap mata pelajaran
Tulis pertanyaan sehingga jawaban nyata dapat dicapai. Hindari pertanyaan open-ended, lebih baik bertanya: “Berapa banyak dari hal-hal berikut….. yang Anda ketahui?” Daripada “Apa yang Anda ketahui tentang………..?”
b)         Bagilah kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 orang siswa (tergantung jumlah pertanyaan yang anda buat). Berilah setiap peserta didik satu dari masing-masing tugas pertanyaan. Mintalah dia (peserta wanita/pria) utnuk mewawancarai peserta yang lain dalam kelompok itu dan rekam jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepadanya
c)         Panggil seluruh peserta dalam sub kelompok yang telah diberikan pertanyaan yang sama. Misalnya, jika ada 18 orang peserta, bagilah menjadi 6 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 3 orang peserta. Maka 6 orang diantara mereka akan diberi pertanyaan yang sama
d)        Mintalah masing-masing sub kelompok mengumpulkan data mereka dan meringkasnya. Kemudian mintalah masing-masing sub kelompok untuk melaporkan kepada seluruh kelas apa yang telah mereka pelajari tentang peserta lainnya
Variasi:
a)         Mintalah peserta memikirkan pertanyaan mereka sendiri
b)         Gunakan pertanyaan yang sama, buat mereka berpasangan dan suruhlah mereka untuk saling mewawancarai. Jelaskan kepada yang lain setelah itu, untuk mendapatkan hasilnya (variasi ini sangat tepat diterapkan pada sebuah kelas besar)
4.        Point Counterpoint
Teknik ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagisu kompleks.Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat.
Langkah-langkahnya:
a)         Pilihlah sebuah masalah yang mempunyai dua sisi/perspektif atau lebih
b)         Bagilah kelas kedalam kelompok-kelompok menurut jumlah posisi yang telah anda tetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan argumennya untuk mendukung bidangnya. Doronglah mereka bekerja dengan partner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang kecil
c)         Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok itu.
d)        Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta didik mempunyai kesempatan menyampaikan suatu argument yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju mundur antara atau diantara kelompok-kelompok itu
e)         Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagimana anda melihatnya. Berilah reaksi dan diskusi lanjutan
Variasi:
a)         Sebagai ganti sebuah perdebatan kelompok dengan kelompok, pasangkan peserta didik individual dari kelompok-kelompok berbeda dan suruhlah mereka saling berargumen. Ini dapat dilakukan secara serentak, agar setiap peserta didik didorong dalam perdebatan itu pada saat yang sama.
b)         Aturlah kelompok-kelompok yang berlawanan agar mereka saling berhadap-hadapan. Ketika seseorang menyimpulkan argumennya, suruhlah pesrta didik itu melemparkan suatu benda (seperti sebuah bola atau tas kecil) kepada seorang anggota dari kelompok yang berlawanan. Orang yang menangkap benda tersebut harus menangkis argument orang sebelumnya.
5.        Quiz Team
Teknik ini meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
Langkah-langkahnya:
a)         Pilihlah topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian
b)         Bagilah peserta didik menjadi 3 tim
c)         Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah presentasi. Batas presentasi samapi 10 menit atau kurang
d)        Minta tim A menyiapka kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak memakan waktu lebih dari 5 menit untuk persiapan. Tim B dan C diberi kesempatan untuk menjawabnya
e)         Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota tim C, dan ulangi prosesnya
f)          Ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran anda, dan tunjuklah tim B sebagai pemimpin kuis
g)         Setelah tim B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan bagian ketiga dan tentukan tim C sebagai pemimpin kuis
Variasi:
a)         Berilah kesempatan kepada tim ini untuk menyiapkan pertanyaan kuis dari yang mereka seleksi ketika mereka menjadi pemimpin kuis
b)         Lakukan satu pelajaran yang berkelanjutan. Bagilah peserta didik ke dalam dua tim. Diakhir pelajaran, biarkan kedua tim saling memberi kuis satu sama lain
6.        The Power Of Two
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi itu.Karenanya, dua kepala tentu lebih baik daripada satu.
Langkah-langkahnya:
a)         Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran
b)         Mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri
c)         Setelah semua melengkapi jawabannya, bentuklah kedalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi jawaban dengan yang lain
d)        Mintalah pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu
e)         Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.
Variasi:
a)         Undanglah seluruh kelas untuk menyeleksi jawaban terbaik bagi masing-masing pertanyaan
b)        Untuk menghemat waktu, tentukan pertanyaan tertentu untuk pasangan tertentu. Ini lebih baik daripada tiap pasangan menjawab semua pertanyaan
7.        Buzz Group
Teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan belajar yang bersifat pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus sebuah masalah. biasa nya teknik ini dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini diminta untuk melakukan diskusi dalam waktu singkat.
Setiap kelompok diberi sebuah masalah dankelompok diminta untuk mencari penyelesaian masalah.Didalam kelompok tidak ada yang namanya ketua, yang diperlukan adalah pelapor (juru bicara) untuk melaporkan hasil diskusi di dalam kelompok besar.Teknik ini cocok digunakan pada saat, peserta didik dalam sebuah kelompok terlalu banyak
sehingga setiap orang tidak mempunyai kesempatan berpartisisapi.
Langkah-langkah:
a)            Masalah telah ditentukan oleh pendidik dan peserta didik
b)            Pendidik menunjuk beberapa murid untuk membuat kelompok kecil
c)            Pendidik membagikan bagian-bagian masalah yang harus didiskusikan
d)           Kelompok mulai berdiskusi
e)            Setelah itu setiap kelompok kecil bersatu membentuk kelompok besar
f)             Setiap kelompok kecil melaporkan hasil diskusi secara bergantian di dalam kelompok besar
g)            Pendidik mencatat pokok-pokok pikiran yang telah disampaikan
h)            Pendidik menugaskan murid untuk merangkum hasil diskusi
i)              Evaluasi
8.        Talking Chips
Talking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Dalam pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu / “chips” (biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelomoknya juga menghabiskan semua kartu mereka.
Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).
Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat disebut juga dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).
9.        Snowball Throwing
Langkah-langkah:
a)      Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b)      Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
c)      Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
d)     Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
e)      Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
f)       Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
g)      Evaluasi
h)      Penutup
 10.   Active Debate
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau peserta didik diharapkan mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan sendiri. Ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik didalam kelas bukan hanya pelaku debatnya saja.
Langkah-langkah active debate sebagai berikut:
a)      Kembangkan sebuah pernyataan yang kontovesial yang berkaitan dengan materi pelajaran (contohnya: “Tidak ada keharusan mendirikan Negara Islam”)
b)      Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok yang “pro” dan kelompok yang “kontra”
c)      Berikutnya, buat dua sampai empat sub-kelompok dalam masing-masing kelompok debat. Misalnya dalam kelas dengan 24 orang peserta didik, anda dapat membuat tiga sub-kelompok “pro” dan tiga kelompok “kontra” yang masing-masing terdiri dari empat orang. Setiap sub-kelompok diminta mengembangkan argument yang mendukung masing-masing posisi, atau menyiapkan urutan daftar argument yang bisa mereka diskusikan dan seleksi. Diakhir diskusi, setiap sub-kelompok memilih seorang juru bicara
d)     Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung pada jumlah sub-kelompok yang ada) untuk para juru bicara pada kelompok “pro” dan jumlah kursi yang sama untuk kelompok “kontra”. Siswa yang lain duduk dibelakang para juru bicara. Mulailah debat dengan para juru bicara mempresentasikan pandangan mereka. Proses ini disebut argument pembuka.
e)      Setelah mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub-kelompok. Setiap sub-kelumpok untuk mempersiapkan argument mengkaunter argument pembuka dari kelompok lawan. Setiap sub-kelompok memilih juru bicara, usahakan yang baru
f)       Lanjutkan kembali debat. Juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk memberikan kaunter argument. Ketika debat berlangsung, peserta yang lain didorong untuk memberikan catatan yang berisi usulan argument atau bantahan. Minta mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-masing argument dari para wakil kelompok
g)      Pada saat yang tepat akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang, buatlah kelas melingkar. Pastikan bahwa kelas terintegrasi dengan meminta mereka duduk berdampingan dengan mereka yang berada dikelompok lawan. Diskusikan apa yang peserta didik pelajari dari pengalaman debat tersebut. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi argument yang paling baik menurut mereka
Variasi 
a)      Tambahkan satu kursi kosong untuk juru bicara. Biarkan peserta didik mengisi kursi kosong ini kapanpun mereka menginginkannya
b)      Mulailah segera aktivitas debat dengan argument pembuka. Lanjutkan dengan debat normal, tetapi secara berulang-ulang gantilah juru bicaranya
11.   Synergetic Teaching
Metode ini merupakan sebuah perubahan langkah.Strategi ini memungkinkan para peserta didik yang telah mempunyai pengalaman-pengalaman berbeda mempelajari mater yang samauntuk membandingkan catatan-catatan.
Langkah-langkahnya:
a)      Bagilah kelas menjadi dua bagian
b)      Kirimkan satu kelompok ke ruang lain untuk membaca tentang topic yang anda ajarkan. Pastikan materi bacaan itu terformat dengan baik dan mudah dibaca
c)      Selama masa ini, berikan sebuah pelajaran yang disampaikan dengan lisan, ceramah, tentang materi yang sama kepada separuh lainnya dari kelas itu
d)     Kemudian, ganti pengalaman belajar. Berikan materi bacaan tentang topic anda bagi kelompok yang telah mendengarkan pelajaran yang disampaikan dengan ceramah dan berikan suatu pelajaran yang didasarkan dengan kuliah bagi kelompok yang membaca tersebut
e)      Pasangkan anggota-anggota untuk masing-masin kelompok dan suruhlah mereka menyimpulkan/meringkas apa yang telah mereka pelajari
Variasi:
a)      Mintalah separuh dari peserta didik itu mendengarkan presentasi pelajaran yang disampaikan dengan kuliah dengan mata tertutup sementara separuh yang lain melihat informasi visual seperti transparansi OHP yang menyertai pelajaran yang disampaikan dengan kuliah dengan telinga mereka tertutup. Setelah pelajaran yang disampaikan dengan kuliah selesai, maka mintalah dua kelompok tersebut membandingkan catatan-catatan tentang apa yang telah mereka lihat atau dengar
b)      Berilah separuh dari kelas itu contoh-contoh konkret tentang suatu konsep atau teori yang anda ingin agar mereka pelajari. Jangan memberitahukan kepada mereka mengenai konsep atau teori tanpa contoh-contoh. Pasangkan peserta didik dari dua kelompok tersebut dan suruhlah mereka mengulas pelajaran bersama-sama.
12.   Information Search
Metode ini sama dengan ujian open book. Tim mencari informasi (normalnya dilakukan dalam pelajaran dengan teknik ceramah) yang menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.Metode ini khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan.
Langkah-langkahnya:
a)      Buatlah kelompok pertanyaan yang bisa dijawab dengan cara mencari informasi yang dapat dicari disumber materi yang telah anda buat untuk peserta didik. Sumber informasi bisa mencakup:
  • Selebaran
  • Dokumen
  • Buku teks
  • Buku panduan
  • Computer mengakses informasi
  • Barang hasil karya manusia
  • Perlengkapan “kertas” (contoh: mesin)
b)      Berilah pertanyaan-pertanyaan tentang topic tersebut.
c)      Biarkan peserta didik mencari informasi dalam tim kecil. Persaingan sehat bisa membantu tim untuk mendorong partisipasi
d)     Tinaju kembali jawaban selagi di kelas. Kembangkan jawaban untuk memperluas jangkauan belajar.
Variasi:
a)      Buatlah pertanyaan yang memaksa peserta didik untk menyimpulkan jawaban dari sumber informasi yang ada, daripada menggunakan pertanyaan yang bisa langsung dengan pencarian
b)      Daripada mencari jawaban pertanyaan, berilah peserta didik tugas yang berbeda seperti satu kasus untuk dipecahkan, latihan yang bisa mencocokkan butir-butir soal, atau menyusun acak kata. Jika tidak diacak, tunjukkan istilah penting yang terdapat pada sumber informasi.
13.   Lightening The Learning Climate
Sebuah kelas dapat dengan cepat mencapai suatu iklim belajar yang informal, tidak mengancam, dengan mengajak peserta didik untuk menggunakan humor kreatif tentang pelajaran secara langsung. Strategi ini hanya mengerjakan itu, dan pada saat yang sama, membuat peserta didik berpikir.
Langkah-langkahnya:
a)      Jelaskan kepada peserta didik bahwa anda ingin melakukan sebuah latihan pembuka yang menyenangkan dengan mereka sebelum semakin serius tentang materi pelajaran
b)      Bagilah mereka kedalam sub-sub kelompok. Berilah mereka sebuah penugasan yang dengan penuh pertimbangan meminta mereka bergembira dengan suatu topic, konsep atau isu penting dalam pelajaran yang anda ajarkan
c)      Ajaklah sub-sub kelompok untuk menyampaikan “kreasi-kreasi” mereka. Berikan applaus atas hasil-hasilnya
d)     Tanyakan “Apa yang telah anda pelajari tentang pelajaran kita dari latihan ini?”
Variasi:
a)      Instruktur dapat membuat lelucon mengenai pelajaran dengan sebuah kreasi buatan dia sendiri
b)      Buatlah sebuah pre-test pilihan ganda tentang pelajaran yang kira-kira anda ajarkan. Tambahkan humor terhadap pilihan-pilihan yang diberikan bagi masing-masing bagian. Utnuk masing-masing pertanyaan, mintalah peserta didik memilih jawaban yang mungkin tidak dapat mereka piker sebagai sesuatu yang benar
14.   The Study Group
Metode ini memberikan kepada peserta didik tanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran dan menjelaskan isinya dalam kelompok tanpa kehadiran pengajar. Tugas perlu cukup spesifik untuk menjamin bahwa hasil belajar akan efektif dan kelompok akan mampu mengatur diri.
Langkah-langkahnya:
a)      Berilah peserta didik satu ringkasan, selabaran pelajaran yang disusun dengan baik, teks singkat, bagan atau diagram yang menarik. Mintalah mereka mebacanya dengan tenag. Kelompok belajar melaksanakan tugasnya dengan baik kalau materinya cukup menantang atau terbuka untuk interpretasi luas.
b)      Bentuklah sub-kelompok dan beri mereka ruang yang tenag untuk mengadakan sisi belajar mereka.
c)      Berikan petunjuk yang jelas yang dapat memandu peserta didik belajar dan terangkan materi dengan jelas. Petunjuk tersebut mencakup hal berikut:
  • Jelaskan isi
  • Buatlah contoh, ilustrasi atau permintaan onformasi atau ide
  • Tandai poin-poin yang membingungkan atau yang ada tidak setujui
  • Jika ragu dengan teks, kembangkan sudut pandang yang berlawanan
  • Taksirlah seberapa jauh andamendalami materi
Variasi:
a)      Janganlah mebuat sub-kelompok. Berhentilah membaca untuk menjawab pertanyaan peserta didik, lontarkan pertanyaan milik anda, atau uraikan teks.
b)      Jika kelas cukup besar, buatlah empat atau enam kelompok belajar. Pasang-pasangkan kelompok belajar tersebut dan mintalah mereka untuk membandingkan catatan dan saling membantu satu sama lain.
15.   Numbered Heads Together
Langkah – langkahnya :
a)      Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil
b)      Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban.
c)      Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi kesempatan untuk menjawab.
d)     Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
16.   Card Sort
Ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek, atau mengulangi informasi.Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energy kepada kelas yang telah letih.
Langkah-langkahnya:
a)      Berilah masing-masing peserta didik kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih kategori.
b)      Mintalah perserta didik untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama (anda bisa mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau biarkan peserta mencarinya)
c)      Biarkan peserta didik dengan kategorinya yang sama menyajikan sendiri kepada orang lain
d)     Selagi masing-masing kategori dipresentasikan, buatlah beberapa poin mengajar yang anda rasa penting
Variasi:
a)      Mintalah setiap kelompok untuk membuat presentasi mengajar tentang kategori tersebut
b)      Pada awal kegiatan, bentuklah tim. Berilah masing-masing tim satu set kartu yang lengkap. Pastika kartu tersebut dikocok, sehingga kartu kategori yang mereka sortir tidak jelas. Mintalah setiap tim untuk menyortir kartu kedalam kategori. Setiap tim bisa memperoleh nilai untuk nomor kartu yang disortir dengan benar.
 17.   Point Counter Point
Langkah – langkahnya :
a)      Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.
b)      Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.
c)      Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.
d)     Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama.
e)      Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.
18.   Bamboo Dancing
Langkah – langkahnya :
a)     Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru.
b)     Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.
c)     Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).
d)    Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali kepasangan awal.
e)     Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas
f)      Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
19.   Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
a)         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b)         Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
c)         Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d)        Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
e)         Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
f)          Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
20.   Fishbowl
Metode ini merupakan suatu metode kerja kelompok yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok dalam dan kelompok luar.Kelompok dalam bertugas membahas tema atau tugas yang diberikan, sedangkan kelompok luar adalah memberikan pertanyaan dan sanggahan kepada kelompok dalam.
Kelompok dalam lebih kecil dibandingkan dengan lingkaran kelompok luar.Kelompok dalam biasa disebut sebagai kelompok bicara.Semua orang yang duduk di kelompok dalam boleh berbicara suka-suka sesuai dengan pertanyaan diskusi.Pertanyaan diskusi diawali oleh fasilitator dan selanjutnya bisa berkembang sesuai dengan minat peserta.Biasa fasilitator hanya menyampaikan pertanyaan terbuka yang sederhana.Kelompok luar biasanya disebut kelompok pendengar.Mereka hanya boleh mendengar denganaktif.Sama sekali dilaran bicara.
21.   Listening Team
Langkah – langkahnya :
a)        Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.
b)        Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing, misalnya:
Kelompok 1            : kelompok penanya
Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu
Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2
Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
c)        Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas.
d)       Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.
22.   Role Play
Langkah-langkah :
a)         Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b)         Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
c)         Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
d)        Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
e)         Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
f)          Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
g)         Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
h)         Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
i)           Guru memberikan kesimpulan secara umum
j)           Evaluasi
k)         Penutup
23.   Jigsaw
Langkah – langkahnya :
a)    Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
b)   Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c)    Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
d)   Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
e)      Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams“ para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari
Variasi
a)      Berikan tugas baru, seperti menjawab pertanyaan kelompok tergantung akumulasi pengetahuan anggota kelompok jigsaw
b)      Berikan tanggung jawab kepada peserta didik yang lain guna mempelajari kecakapan daripada informasi kognitif. Mintalah peserta didik mengajari peserta lain kecakapan yang telah mereka pelajari
24.   Go To Your Post
Ini adalah sebuah strategi terkenal untuk menggabungkan gerakan fisik pada permulaan suatu pelajaran.Strategi ini cukup fleksibel untuk digunakan bagi bermacam kegiatan yang dirancang untuk merangsang minat awal dalam materi pelajaran anda.
Langkah-langkahnya:
a)         Letakkan tanda-tanda di sekitar ruang kelas. Anda bisa menggunakan dua tanda untuk menciptakan sebuah pilihan dikotomis atau beberapa tanda untuk memberikan lebih banyak pilihan
b)         Tanda-tanda ini dapat menunjukkan berbagai macam preferensi
c)         Mintalah peserta didik melihat tanda-tanda itu dan pilihlah satu
d)        Suruhlah sub-sub kelompok yang telah dibuat itu berdiskusi diantara mereka sendiri mengapa menempatkan diri dengan tanda mereka. Mintalah seorang wakil tiap-tiap kelompok menyimpulkan alasan-alasannya
Variasi:
a)         Pasangakn peserta didik dengan preferensi yang berbeda dan mintalah mereka membandingkan pandangan-pandangan mereka. Atau ciptakan sebuah diskusi panel dengan wakil dari masing-masing kelompok preferensi
b)         Mintalah masing-masing kelompok preferensi untuk membuat suatu preferensi, buatlah iklan, atau persiapkan sebuah lakon yang memberi saran prefrensi mereka
25.   Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
Model ini melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan tugas yang berbeda untuk setiap siswa. Satu pihak siswa bertugas memecahkan masalah bersama temannya yang secara tidak langsung membantu proses pemecahan masalah dengan cara meminta penjelasan seluruh langkah pemecahan masalah yang dilakukan siswa tersebut. Beriku perincian tugas problem solver dan listener yang dikemukakan Stice (1987)
a)         Menjadi seorang problem solver (PS)
  • Membaca soal dengan suara cukup keras agar listener mengetahui permasalahan yang akan dipecahkan
  • Mulai menyelesaikan soal dengan cara sendiri. PS mengemukakan semua pendapat serta gagasan yang terpikirkan, mengemukakan semua langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana langkah tersebut diambil agar listener mengerti penyelesaian yang dilakukan PS
  • PS harus lebih berani dalam mengungkapkan segala hasil pemikirannya. Anggaplah bahwa listener tidak sedang mengevaluasi
  • Mencoba untuk terus menyelesaikan masalah sekalipun PS menganggap masalah tersebut sulit.
b)         Menjadi seorang listener (L)
  • Listener adalah seorang penanya, bukan pengkritik
  • Menuntun PS tetap berbicara, tetapi jangan menyela ketika PS sedang berpikir
  • Memastikan bahwa langkah dari solusi permasalahan yang diungkapkan PS tidak ada yang salah dan tidak ada langkah yang terlewat
  • Membantu PS agar lebih teliti dalam mengungkapkan solusi permasalahannya
  • Memahami setiap langkah yang diambil PS. Jika tidak mengerti, maka bertanyalah kepada problem solver
  • Jangan berpaling dari PS dan mulai menyelesaikan sendiri masalah yang sedang dipecahkan PS
  • Jangan membiarkan PS melanjutkan L berpikir telah terjadi kesalahan. Jika PS membuat kesalahan, hindarkan untuk mengoreksi, berikan pertanyaan penuntun yang mengarah kejawaban yang benar
Guru dapat berkeliling memonitor aktivitas seluruh tim dan melatih listener mengajukan pertanyaan. Hal ini diperlukan karena keberhasilan model ini akan tercapai bila listener berhasil membuat problem solver memberikan alasan dan menjelaskan apa yang mereka lakukan untuk memecahkan masalah.
26.   Structured Problem Solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahanmasalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a)         Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
b)         Berpikir dan bertindak kreatif
c)         Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d)        Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
e)         Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
f)          Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
g)         Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
a)         Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut
b)         Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain
 27.   Group Investigation
Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn.Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok.
Langkah – langkahnya :
a)         Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompokmenentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan)
b)         Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya)
c)         Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi,mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi)
d)        Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji,moderator, dan notulis)
e)         Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lainmengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan)
f)          Evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaianpemahaman
28.   Peer Lesson
Ini adalah sebuah strategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para peserta didik sebagai anggota kelas.
Langkah-langkahnya:
a)         Bagilah kelas kedalam sub kelompok. Buatlah sub kelompok sebanyak topic yang diajarkan
b)         Berikan masing-masing kelompok sejumlah informasi, konsep atau keahlian untuk mengajar yang lain. Topic yang nada bagikan kepada peserta harus saling berhubungan
c)         Mintalah setiap kelompok membuat cara presentasi atau mengajarkan topiknya kepada sisa kelas. Sarankan agar menghindari ceramah atau membaca laporan. Doronglah agar mereka membuat pengalaman belajar untuk peserta didik seefektif mungkin
d)        Cobalah beberapa saran sebagai berikut:
  • Sediakan alat-alat visual
  • Kembangkan demonstrasi singkat
  • Gunakan contoh atau analogi untuk membuat poin mengajar
  • Libatkan peserta didik dalam diskusi, kuis, menulis tugas, bermain peran, khayalan, mental, atau studi kasus
  • Boleh bertanya
e)         Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (bisa di kelas atau di luar kelas). Kemudian mintalah setiap kelompok mempresentasikan pelajaran mereka. Hargailah usaha mereka
Variasi:
a)         Sebagai pengganti mengajar kelompok, mintalah peserta didik mengajar yang lain secara pribadi atau dalam kelompok kecil
b)         Biarkan peserta didik dalam memulai kelas membaca tugas lebih dahulu sebelum mengajar
29.   Student Team Achievement Divisions (STAD)
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins.Metode ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :
a)    Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
b)   Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
c)    Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
d)   Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau standar tertentu.
 30.   Student-created Studies
Studi kasus digembar-gemborkan sebagai suatu metode belajar terbaik.Satu tipe diskusi kasus memfokuskan isu menyangkut suatu situasi nyata atau contoh yang menuntut suatu tindakan dan pelajaran yang dapat dipelajari. Dan cara-cara mengendalikan atau menghindari situasi yang akan dating. Teknik berikut memungkinkan peserta didik menciptakan studi kasus sendiri.
Langkah-langkahnya:
a)      Pecahlah kelas menjadi pasang-pasangan atau trio. Ajaklah mereka mengembangkan sebuah studi kasus dan sisa kelas dapat menganalisis dan mendiskusikan
b)      Nyatakan bahwa tujuan studi kasus adalah mempelajari topic dengan menguji situasi nyata atau contoh yang merefleksikan topic
c)      Berikan waktu yang cukup bagi setiap pasangan atau trio untuk mengembangkan situasi kasus kecil atau isu yang didiskusikan; atau satu problem untuk dipecahkan, yaitu sesuatu yang relevan dengan materi pelajaran kelas
d)     Ketika studi kasus selesai, mintalah kelompok-kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Biarkan seorang anggota kelompok memimpin diskusi kasus
Variasi:
a)      Mintalah beberapa sukarelawan mempersiapkan studi kasus didepan kelas lain. (Persiapan studi kasus adalah satu penegasan belajar yang sangat baik)
b)      Buatlah kelompok-kelompok dengan angka genap. Gabungkan kelompok-kelompok tersebut dan mintalah untuk saling menukar studi kasus